Lukman
Hakim
Ketua
Bank Sampah CangKir Hijau Metro Lampung
Mahasiwa
Sampah merupakan hal
yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, selama kehidupan manusia
masih berlangsung maka sampah akan selalu diproduksi. Fakta permasalahan sampah
selalu mendengung di telinga seperti pencemaran lingkungan, kontaminasi air,
gangguan pernafasan akibat udara yang tercemar dan sederet masalah lain karena
sampah luput dari perhatian.
Kementerian Lingkungan
Hidup mencatat tahun 2012 rata-rata setiap orang di Indonesia menghasilkan dua
kilo gram sampah setiap hari. Jika penduduk Indonesia berjumlah 250 juta jiwa, maka
setiap hari manusia Indonesia akan menghasilkan sampah sebanyak 500 ribu ton.
Bayangkan berapa banyak sampah yang akan di hasilkan orang Indonesia dalam
kurun satu minggu, satu bulan, satu tahun atau beberapa tahun mendatang.
Indonesia bisa jadi lautan sampah jika pengelolaan sampah tidak di lakukan dengan
baik.
Undang-undang nomor 18
Tahun 2008 mengamanatkan kepada masyarakat Indonesia agar turut aktif dalam
mengurangi, menggunakan dan mendaur ulang sampah. Dengan prinsip 3 R (reduse,
reuse, dan recycle) harapannya masyarakat tidak hanya
mengumpulkan sampah lalu dijual langsung ke pengepul. Tetapi ada sentuhan
kreatifitas sehingga sampah memiliki nilai estetika lebih dan akan berimbas
pada meningkatnya nilai ekonomi sampah.
Hadirnya bank sampah
menjadi berita gembira bagi masyarakat Indonesia karena bisa mengurangi kuantitas
sampah yang akan menimbulkan permaslahan bagi masyarakat. Selain meringankan
kerja Dinas Kebersihan, kehadiran bank sampah juga memperpendek siklus sampah sebelum
sampai di tempat pembuangan akhir (TPA).
Kementerian Lingkungan
Hidup mencatat pada tahun 2012 terdapat
1.195 bank sampah yang tersebar di 55 kota seluruh Indonesia. Ini merupakan
momentum yang baik untuk membangun kesadaran kolektif dalam usaha menjaga
lingkungan dari berseraknya sampah.
Bank sampah sebagai
lembaga yang concern terhadap pengelolaan sampah, harus dibangun dengan
semangat yang tidak hanya berorientasi pada profit. Tetapi lebih pada proses
edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan, bijak dalam penggunaan air dan
ramah terhadap lingkungan dengan memanfaatkan sampah yang telah dihasilkan.
Dengan demikian, walaupun bank sampah tidak menjanjikan profit yang melimpah
tetapi karena dibangun dengan semangat kepedulian maka gerakan bank sampah akan
bisa ditularkan kepada masyarakat yang lain.
Banyak inovasi Program
yang ditawarkan oleh pegiat bank sampah, seperti bayar listrik dengan sampah, beli
pulsa dengan sampah atau tabungan sekolah untuk mempersiapkan biaya pendidikan.
Program dalam suatau bank sampah bisa disesuaikan dengan kondisi masyarakat
dimana bank sampah itu berada. Inovasi program bank sampah dibuat agar
masyarakat tertarik dan peduli dengan sampah agar masalah sampah dapat
berkurang.
Dalam pengolahan
sampah, pegiat bank sampah juga tidak hanya melakukan prinsip 3 R, tetapi juga
melakukan inovasi pengolahan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi
lebih tinggi yang dikenal dengan istilah up-cycling.Upaya up-cycling bisa
dilakukan dengan memberikan pelatihan atau memberikan kebebasan kepada
masyarakat dalam mengembangkan kreativitas.
Jika tahun 2014
pemerintah DKI Jakarta harus menyisihkan dana APBD untuk pengelolaan sampah
sebesar 1,2 triliun rupiah, maka bayangkan berapa biaya yang bisa dihemat jika
bank sampah banyak direplikasi di Jakarta.
Sampah Mari Bersihkan,
Sebuah Gerakan Mahasiswa
Munculnya bank sampah
Cangkir Hijau di Kota Metro merupakan inisiasi dari sekelompok pemuda yang
prihatin dengan permasalahan sampah kota. Mereka hidup di kota, mencari makan
di sana tetapi kebanyakan dari penghuni kota absen untuk memikirkan kebersihan
dan kenyamana kota yang merupakan rumah bersama para penghuninya.
Semangat membangun kota
dengan mendirikan bank sampah adalah salah satu wujud kepedulian dan tanggung
jawab yang harus di replikasi dibanyak tempat. Pelibatan warga dalam
pengelolaan bank sampah harus terus diupayakan karena jika kesadaran kolektif
masyarakat telah terbentuk maka replikasi gerakan bank sampah akan mudah
dilakukan.
Selain itu, mahasiswa
sebagai agent of change harus turut aktif melibatkan diri sebagai perwujudan
dari salah satu Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat.
Mahasiswa harus membuktikan bahwa dirinya bukan produk dari perguruan tinggi
dengan stereotipe menara gading
yang semakin jauh dari masyarakat. Tetapi mahasiswa adalah problem solving dalam
suatu kelompok masyarakat.
Sekelompok mahasiswa
STAIN Jurai Siwo Metro Lampung kemudian membuat komunitas yang diberi nama
Relawan Samber (sampah mari bersihkan). Komunitas ini mengajak kepada mahasiswa
dan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya seperti gerakan pungut
sampah (GPS) yang dilakukan oleh Gubernur Bengkulu Junaidi
Hamsyah dan Walikota Bandung Ridwan Kamil.
Relawan Samber
merupakan komunitas yang terintegrasi dengan bank sampah CangKir Hijau yang
memiliki visi menjaga kebersihan kota, menciptakan kenyaman, dan proses edukasi
bersama menciptakan kesadaran kolektif menjaga lingkungan hidup.
Terbit di Koran Editor Senin 30 Maret 2015
0 komentar:
Posting Komentar