Pages

Minggu, 05 April 2015

Gerakan Mahasiswa Sampah

Lukman Hakim

Ketua Bank Sampah CangKir Hijau Metro Lampung
Mahasiwa
Sampah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, selama kehidupan manusia masih berlangsung maka sampah akan selalu diproduksi. Fakta permasalahan sampah selalu mendengung di telinga seperti pencemaran lingkungan, kontaminasi air, gangguan pernafasan akibat udara yang tercemar dan sederet masalah lain karena sampah luput dari perhatian.
Kementerian Lingkungan Hidup mencatat tahun 2012 rata-rata setiap orang di Indonesia menghasilkan dua kilo gram sampah setiap hari. Jika penduduk Indonesia berjumlah 250 juta jiwa, maka setiap hari manusia Indonesia akan menghasilkan sampah sebanyak 500 ribu ton. Bayangkan berapa banyak sampah yang akan di hasilkan orang Indonesia dalam kurun satu minggu, satu bulan, satu tahun atau beberapa tahun mendatang. Indonesia bisa jadi lautan sampah jika pengelolaan sampah tidak di lakukan dengan baik.
Undang-undang nomor 18 Tahun 2008 mengamanatkan kepada masyarakat Indonesia agar turut aktif dalam mengurangi, menggunakan dan mendaur ulang sampah. Dengan prinsip 3 R (reduse, reuse, dan recycle) harapannya masyarakat tidak hanya mengumpulkan sampah lalu dijual langsung ke pengepul. Tetapi ada sentuhan kreatifitas sehingga sampah memiliki nilai estetika lebih dan akan berimbas pada meningkatnya nilai ekonomi sampah.
Hadirnya bank sampah menjadi berita gembira bagi masyarakat Indonesia karena bisa mengurangi kuantitas sampah yang akan menimbulkan permaslahan bagi masyarakat. Selain meringankan kerja Dinas Kebersihan, kehadiran bank sampah juga memperpendek siklus sampah sebelum sampai di tempat pembuangan akhir (TPA).
Kementerian Lingkungan Hidup mencatat pada tahun 2012  terdapat 1.195 bank sampah yang tersebar di 55 kota seluruh Indonesia. Ini merupakan momentum yang baik untuk membangun kesadaran kolektif dalam usaha menjaga lingkungan dari berseraknya sampah.
Bank sampah sebagai lembaga yang concern terhadap pengelolaan sampah, harus dibangun dengan semangat yang tidak hanya berorientasi pada profit. Tetapi lebih pada proses edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan, bijak dalam penggunaan air dan ramah terhadap lingkungan dengan memanfaatkan sampah yang telah dihasilkan. Dengan demikian, walaupun bank sampah tidak menjanjikan profit yang melimpah tetapi karena dibangun dengan semangat kepedulian maka gerakan bank sampah akan bisa ditularkan kepada masyarakat yang lain.
Banyak inovasi Program yang ditawarkan oleh pegiat bank sampah, seperti bayar listrik dengan sampah, beli pulsa dengan sampah atau tabungan sekolah untuk mempersiapkan biaya pendidikan. Program dalam suatau bank sampah bisa disesuaikan dengan kondisi masyarakat dimana bank sampah itu berada. Inovasi program bank sampah dibuat agar masyarakat tertarik dan peduli dengan sampah agar masalah sampah dapat berkurang.
Dalam pengolahan sampah, pegiat bank sampah juga tidak hanya melakukan prinsip 3 R, tetapi juga melakukan inovasi pengolahan sampah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi yang dikenal dengan istilah up-cycling.Upaya up-cycling bisa dilakukan dengan memberikan pelatihan atau memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam mengembangkan kreativitas.
Jika tahun 2014 pemerintah DKI Jakarta harus menyisihkan dana APBD untuk pengelolaan sampah sebesar 1,2 triliun rupiah, maka bayangkan berapa biaya yang bisa dihemat jika bank sampah banyak direplikasi di Jakarta. 
Sampah Mari Bersihkan, Sebuah Gerakan Mahasiswa
Munculnya bank sampah Cangkir Hijau di Kota Metro merupakan inisiasi dari sekelompok pemuda yang prihatin dengan permasalahan sampah kota. Mereka hidup di kota, mencari makan di sana tetapi kebanyakan dari penghuni kota absen untuk memikirkan kebersihan dan kenyamana kota yang merupakan rumah bersama para penghuninya.
Semangat membangun kota dengan mendirikan bank sampah adalah salah satu wujud kepedulian dan tanggung jawab yang harus di replikasi dibanyak tempat. Pelibatan warga dalam pengelolaan bank sampah harus terus diupayakan karena jika kesadaran kolektif masyarakat telah terbentuk maka replikasi gerakan bank sampah akan mudah dilakukan.
Selain itu, mahasiswa sebagai agent of change harus turut aktif melibatkan diri sebagai perwujudan dari salah satu Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa harus membuktikan bahwa dirinya bukan produk dari perguruan tinggi dengan stereotipe  menara gading yang semakin jauh dari masyarakat. Tetapi mahasiswa adalah problem solving dalam suatu kelompok masyarakat.
Sekelompok mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro Lampung kemudian membuat komunitas yang diberi nama Relawan Samber (sampah mari bersihkan). Komunitas ini mengajak kepada mahasiswa dan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya seperti gerakan pungut sampah (GPS) yang dilakukan oleh Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah dan Walikota Bandung Ridwan Kamil.    
Relawan Samber merupakan komunitas yang terintegrasi dengan bank sampah CangKir Hijau yang memiliki visi menjaga kebersihan kota, menciptakan kenyaman, dan proses edukasi bersama menciptakan kesadaran kolektif menjaga lingkungan hidup.
Terbit di Koran Editor Senin 30 Maret 2015

0 komentar:

Posting Komentar